“Mengapa Tuhan menciptakan tikus?”

Ini adalah salah satu pertanyaan protes saya sewaktu masih kecil, dan mungkin juga pertanyaan sebagian besar di antara kita: mengapa Tuhan menciptakan tikus, kutu, nyamuk, dan berbagai
ciptaan lainnya yang mungkin secara sederhananya kita tidak mengira ada suatu manfaat yang dapat kita ambil. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa betapa banyak orang yang tidak dapat menggapai gelar sarjana mereka seandainya tidak ada tikus, termasuk saya. Anda bingung dengan
pernyataan ini…? Kalo gitu, lanjut ke bawah Salah satu hewan yang sangat berkesan dalam dunia obat-obatan adalah tikus percobaan. Perlu anda ketahui bahwa setiap obat yang digunakan dalam dunia kesehatan hari ini pastilah pernah melalui masa pengujian preklinik, yaitu pengujian pada hewan percobaan. Bahkan untuk subjek penelitian obat tertentu, para peneliti tidak akan mau menggunakan manusia percobaan. Misalnya penelitian dalam subjek teratologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kerusakan dan kelainan yang terjadi pada janin selama masa kehamilan. Tidak akan ada ibu hamil yang bersedia menjadi objek penelitian dan mempertaruhkan keselamatan dan kesehatan janin yang ada di dalam kandungannya. Jadi untuk subjek penelitian seperti ini, manusia sangat bergantung pada hewan percobaan, karena seperti hewan percobaan ini bersedia dan ikhlas-ikhlas aja… *Ups… iya apa iya


Di dalam buku Guide for The Care of Laboratory Animals
(http://grants.nih.gov/grants/olaw/Guide-for-the-Care-and-use-of-laboratory-animals.pdf),
dijelaskan bahwa ada beberapa jenis hewan percobaan yang dapat digunakan dengan prioritas
tertentu tergantung kepada judul penelitiannya. Secara umum, hewan ini dapat diprioritaskan
sebagai berikut:
Simpanse, kera, monyet, dan sebangsanya
Anjing, kucing, dan sebangsanya
Domba, kambing, dan sebangsanya
Babi dan sebangsanya
Ayam, unggas, merpati, dan sebangsanya
Kelinci dan sebangsanya
Tikus, mencit, dan sebangsanya (ternyata mereka juga bersuku-suku dan berbangsa-bangsa,
sama dengan manusia

Mengapa pilih tikus?

* Pengennya sih pilih simpanse, biar hasil penelitiannya paling mendekati
dengan manusia. Tapi apa boleh? mereka saja adalah hewan yang
dilindungi, kan endangered species gitu??? Kalo kera ataupun monyet,
meskipun tidak terlalu dilindungi kan banyak biayanya. Kalau
penelitiannya adalah studi dengan commercial purpose dengan alokasi dana
research and development yang sangat besar ya nggak terlalu jadi persoalan, tapi kalo penelitian
mahasiswa untuk menamatkan studinya??? Boro-boro
* Ada sih anjing yang mungkin cukup banyak berkeliaran di jalanan.
Tinggal diadopsi dan dibawa ke lab. Tapi emang bisa, dan mau???
Kalo kucing? Hmm… melihat keimutan mereka mending dipelihara
saja.
* Kalo domba sama kambing mungkin kita nggak
jijik amat. Tapi, setelah dipikir-pikir, daripada
dijadiin hewan percobaan mending dijadikan gulai
aja, atau rendang Padang yang super lezat. Atau
dijadiin hewan korban ketika Idul Adha
Babi, speechless deh *hueeekkss..
* Ayam??? Hmm… ntar labor jadi heboh saat pagi-pagi. Atau jika
mereka secara tidak sengaja lepas dari kandangnya kan seisi
labor bisa diobrak-abrik sama mereka. Nggak mau kan jika
ayam atau unggas yang beterbangan dengan kepanikan tingkat tinggi dan
menyebabkan kerusakan alat, LCD yang jatuh dan pecah, kabel-kabel yang
putus, atau ayam yang kabur dari labor serta membuat kekacauan di kelas ketika ada
perkuliahan???
* Kelinci? Terlalu cute dan mending dipelihara di halaman rumah. Dan lebih mahal daripada
tikus dan mencit.
* Akhirnya, pilihan jatuh kepada tikus dan mencit.
Ketersediaannya banyak, harganya murah, mudah ditangani,
harga makanannya juga terjangkau, tidak terlalu makan
tempat, dan banyak lagi keunggulannya mengapa tikus dan
mencit yang menjadi spesies populer dalam penelitian
eksperimental. Selain itu, panduan umum dalam penanganan hewan percobaan
juga mengisyaratkan bahwa spesies ini dapat dipakai hampir untuk semua jenis penelitian.
Dengan demikian, berbahagialah hai manusia karena Allah SWT menciptakan tikus yang
mendampingi kita di dalam kehidupan ini. Kehadiran hewan ini di dunia dan penciptaan
mereka pastinya punya maksud tertentu dari Sang Pencipta, dan tujuan inilah salah satunya.

Mengapa begitu tega terhadap hewan percobaan?
Ini juga salah satu pertanyaan protes tentang betapa kejamnya orang-orang yang menjadikan
hewan sebagai objek penelitian. Betul-betul kejam. Saya tidak akan menceritakan kekejaman
mereka di sini. Tapi itu dulu, sebelum saya menjadi pelaku Mungkin juga anda hari ini yang
berpikiran bahwa perbuatan yang menjadikan hewan sebagai objek percobaan adalah perbuatan
yang tidak berperikemanusiaan. Tapi tidak perlu khawatir, karena penelitian eksperimental yang
memanfaatkan hewan percobaan sudah harus mendapat lisensi yang biasa disebut Ethical
Clearance dari lembaga tertentu. Dengan demikian, semua perlakuan terhadap hewan percobaan
sudah mendapatkan izin dan persetujuan. Oh ya, satu lagi, saya sering membahasakan bahwa
hewan percobaan ini mati dengan ikhlas dan bangga, karena mereka bisa berkontribusi untuk
peradaban manusia. Mari kita sejenak mengheningkan cipta untuk mereka.



QS Ali Imran: 191 –> “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka

Tidak ada komentar: